Diketahui, laki-laki paruh baya tersebut bernama Hela'aro Halawa alias Ama Celsin Halawa, (54) warga Dusun II, Desa Mohili Berua, Kecamatan Botomuzoi.
Namun sampai saat ini, jenazah Hela'aro Halawa masih belum dimakamkan karena di pihak keluarga korban mempunyai dugaan tidak wajar pada kematian almarhum. Sehingga atas laporan dari keluarga tersebut, tim gabungan dari Satreskrim Polres Nias dan Polsek Hiliduho melakukan evakuasi dari rumah korban untuk dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah dr. Thomsen Nias, Selasa (20/06/2023) untuk dilakukan autopsi mayat korban.
Menepis isu miring yang saat ini telah viral dan hangat diperbincangkan ditengah-tengah masyarakat, anak kandung korban An. Irfan Lukey Halawa (anak ke-4) menegaskan kematian bapaknya pada malam Sabtu dini hari tersebut murni tenggelam sendiri.
Hal ini dikatakan Irfan Lukey Halawa (14 tahun) saat diwawancarai Lensasibertv.com melalui via seluler, Kamis (22/06/2023). "Kematian bapak saya malam itu murni tenggelam sendiri pak, karena pada malam itu saya dan adik saya yang nomor 5 An. Okter Randi Halawa (12 tahun) ikut pada kelompok pak kades Mohili Berua berserta teman-teman lainnya untuk mencari ikan (Fasuluh) di sungai nda. Isu yang mengatakan ada kejanggalan pada kematian bapak saya, itu sama sekali tidak benar, karena saya dan adik saya beserta teman-teman lainnya melihat langsung saat mayat bapak kami diangkat dari dalam sungai nda," tegas Irfan Halawa.
Bahkan sebelum kedatangan Polisi menjemput mayat bapak saya untuk di bawa Autopsi ke RSUD dr. Thomsen Nias, saya telah menegur bapak Sakhi An. Joni Halawa (adik kandung korban) agar jenazah bapak saya segera di kuburkan karena sudah mulai membusuk dan bau, kata Irfan Halawa dengan nada sedih.
Lebih lanjut, Irfan Halawa menceritakan kronologis kejadian yang sebenarnya terjadi pada malam itu sebelum bapaknya ditemukan telah meninggal dunia di dalam air sungai nda dan diatas kepalanya telah menyala senter kepala.
Berikut kronologis singkat yang di ceritakan anak korban sebelum kejadian naas menimpa bapak kandungnya. Pada malam itu saya, adik saya dan bapak saya (Hela'aro Halawa) beserta 7 (tujuh) orang lainnya hendak mencari ikan (Fasuluh) di sungai nda. Sebelumnya kami sempat makan bersama, setelah selesai makan bapak saya duluan pergi menuju sungai nda untuk mencari ikan, kami yang sembilan orang masih tinggal dibelakang.
Melihat bapak saya sudah duluan berangkat mencari ikan (Fasuluh) di sungai nda, teman-teman kami mengatakan ayo kita pergi menyusul karena paman kita (korban) sudah duluan berangkat.
Ditambahkan Irfan, setelah itu kami yang 9 (sembilan) orang berjalan kedepan melewati di sepanjang pinggiran sungai nda. Kemudian diantara kami mengatakan kita tunggu dulu paman kita (korban) karena sudah jauh mereka berjalan kedepan dan korban tadi tidak kelihatan dari belakang. Selanjutnya, kami kembali ke belakang mencari bapak saya di sepanjang pinggiran sungai nda, betapa kami semua terkejut melihat lampu senter masih menyala di bawa air sungai nda, karena malam itu juga bapak saya mengunakan senter kepala yang sudah di ikatnya di kepalanya, terangnya.
Seketika itu juga, tak langsung kami mengambil tubuh bapak saya yang ada di dalam air sungai nda, namun teman-teman kami menelpon saudara kami malam itu, kata saudara kami segera diambil bapak saya dari dalam air untuk dilakukan pertolongan. Setelah bapak saya diambil dari dalam air, langsung kami membawa di pinggiran sungai untuk dilakukan pertolongan, namun naas bapak saya tidak bisa diselamatkan lagi atau sudah meninggal dunia.
Dijelaskan Irfan Halawa, sebelumnya sudah ada penyakit bawaan bapak saya, apabila kambuh penyakitnya tersebut, bapak saya tidak bisa berjalan karena bapak saya mengalami penyakit kelumpuhan. Menurut penglihatan kami, kematian bapak saya pada malam itu murni akibat tenggelam sendiri, bukan ditenggelamkan oleh siapa-siapa, karena malam itu juga tidak ada seorang pun orang lain yang kami lihat di sekitar lokasi kejadian dan tidak ada setitik pun kecurigaan kami sama siapapun atas kematian bapak saya, tegas Irfan Halawa.
Irfan Lukey Halawa juga mengatakan, sebelum kedatangan bapak Sakhi saya (adik kandung korban) An. Joni Halawa, saya sudah mengatakan agar jenazah bapak saya segera dikuburkan karena sudah membusuk dan bau, tetapi bapak Sakhi saya (adik korban) bertahan untuk dilakukan Autopsi, saya sendiri juga bingung harus berbuat apa, ungkapnya.
Sebagai anak almarhum, saya berterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu mengevakuasi bapak saya, terlebih dari pihak Polres Nias, Jajajaran Polsek Hiliduho, Kepala Desa Mohili Berua dan semua pihak.
Irfan juga membenarkan jika jenazah bapaknya telah dibawa ke RSUD dr Thomsen Nias untuk dilakukan Autopsi. Dia berharap agar jenazah bapaknya segera dikembalikan untuk dikuburkan, sekali lagi saya katakan tidak ada menaruh kecurigaan sama siapapun atas kematian bapak saya, itu murni meninggal akibat tenggelam sendiri di dalam sungai nda, kata Irfan mengakhiri.
Dari pantauan Lensasibertv.com, jasad Hela'aro Halawa masih berada di RSUD dr Thomsen Nias, menunggu tim dokter forensik dari Medan untuk melakukan Autopsi pada jasad korban.
Hingga berita ini diterbitkan, Lensasibertv.co. masih belum melakukan konfirmasi kepada pihak Polres Nias dan pihak-pihak lainnya, terkait tindak lanjut pelaksanaan Autopsi pada jenazah Hela'aro Halawa. (St. Lase).