• Jelajahi

    Copyright © Lensasiber.com
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Sports

    KBRI Washington D.C. dan Kampus di AS Pererat Kemitraan Bidang Riset Arsitektur dan Perencanaan Kota

    Lensasiber.com
    Friday, March 18, 2022, 08:47 WIB Last Updated 2022-04-15T15:29:45Z


    LSTV, - Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Washington, D.C. terus mempererat jalinan kemitraan di bidang pendidikan dan riset, khususnya bidang arsitektur dan perencanaan kota (planologi) dengan perguruan tinggi terkemuka di Amerika Serikat. Hal ini merupakan wujud komitmen pemerintah dalam mendukung pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Kamis, 17/03/2022.

    Duta Besar Republik Indonesia di Washington D.C., Rosan P. Roeslani menyampaikan bahwa arsitektur dan perencanaan kota mempunyai peran besar dalam membentuk pembangunan berkelanjutan. “KBRI di Washington D.C. terus berkomitmen untuk menggali ilmu dan praktik baik bidang arsitektur dan perencanaan kota dari dan bagi Indonesia dan Amerika Serikat. Khususnya bidang arsitektur yang merupakan salah satu dari 16 subsektor ekonomi kreatif yang mendukung performa ekonomi nasional,” ujar Dubes Rosan ketika dihubungi Rabu (16/3).


    Komitmen tersebut, lanjut Rosan, diwujudkan melalui Webinar Bincang Karya (Bianka) ke-25 tentang arsitektur dan perencanaan kota yang digelar secara daring, Selasa (8/3). Kala itu, tiga perwakilan perguruan tinggi Amerika ternama memaparkan potensi peluang kerja sama pendidikan dan riset dengan perguruan tinggi di Indonesia.


    “Bidang perencanaan kota, yang sangat berkaitan erat dengan bidang arsitektur, berperan menjadi motor penggerak dalam proses revitalisasi wilayah yang mendukung pembangunan berkelanjutan,” lanjut Dubes Rosan di hadapan lebih dari 200 peserta di sela-sela sambutan pembukaan.


    Serial webinar ini terselenggara berkat kerja sama KBRI di Washington, DC., LPDP, Fulbright AMINEF, MRPTNI, serta Kemendikbudristek RI. Bianka direncanakan akan digelar rutin setiap minggu dengan tema variatif. Bianka juga merupakan bentuk dukungan payung tema Merdeka Belajar-Kampus Merdeka oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Adapun rekaman siaran langsung webinar Bianka Seri-25 Bidang Arsitektur dan Urban Planning dapat diakses di laman resmi Facebook Atdikbud USA dengan tautan https://bit.ly/fb-watch-bianka 25.


    “Saya mengapresiasi kepada semua pihak yang terlibat untuk mendukung kesuksesan pelaksanaan webinar yang digelar secara rutin setiap minggu ini,” kata Dubes Rosan.


    Senada dengan itu, Atase Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Atdikbud RI) di Washington D.C., Popy Rufaidah menyatakan dukungannya. “Webinar ini menjadi media untuk menjalin kerja sama dan peluang melanjutkan studi pascasarjana bidang perencanaan kota dan arsitektur di Amerika,” kata dia.


    Inisiatif ini disambut baik oleh Lembaga Dana Pendidikan (LPDP) di bawah naungan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) yang berkomitmen untuk terus mendukung segala usaha peningkatan SDM Indonesia. Hal ini diungkapkan Direktur Beasiswa LPDP, Dwi Larso.


    Perencanaan kota menurutnya adalah proses berpikir maju di mana kota-kota dan wilayah perkotaan disulap berdasarkan serangkaian tujuan yang ditentukan oleh negara. “Jika wilayah perkotaan dirancang dengan buruk, penduduk akan menghadapi kemacetan, infrastruktur yang tidak memadai, perumahan yang tidak terjangkau dan akan rentan terha dap perubahan iklim, bahaya kebakaran, dan banjir. Keamanan dan infrastruktur menjadi tidak berkelanjutan dan pada akhirnya menghambat pertumbuhan penduduk dan ekonomi,” terang Dwi.


    Ketua Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI), Jamal Wiwoho, yang dihubungi secara terpisah, berharap peserta webinar mendapat pengetahuan baru tentang riset-riset terbaru di Amerika dalam bidang perencanaan kota dan arsitektur dan dapat diadopsi di Indonesia.


    “Saya harap presentasi para penyaji dapat menjadi referensi dan inspirasi bagi para akademisi dan profesional di bidang ini agar termotivasi untuk melanjutkan studi dan melakukan kerja sama riset dengan perguruan tinggi di Amerika Serikat. Sehingga, mereka dapat mengadopsi teknologi terbaru dalam bidang arsitektur dan perencanaan kota untuk selanjutnya diterapkan di Indonesia,” terang Jamal yang juga menjabat sebagai Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo.


    Praktik Riset di Perguruan Tinggi Terkemuka di AS Balaji Rajagopalan yang merupakan Chair of Civil, Environmental, and Architectural Engineering, University of Colorado Boulder, mengatakan bahwa program studi arsitektur merupakan salah satu program tertua dan telah mencetak lulusan yang berkontribusi pada pembangunan infrastruktur. “Saat ini riset-riset yang kami lakukan mengarah pada efisiensi energi yang mana isu ini sedang menjadi fokus negara berkembang utamanya dalam membangun infarstruktur mereka,” tutur Balaji.


    Ia menyebutkan, beragam riset tengah dikerjakan di Program Arsitektur dan Teknik di universitas ini yang berfokus pada pengembangan lingkungan binaan, khususnya gedung-gedung. Selain itu, terdapat riset yang berfokus pada sistem ventilasi, sistem pemanas, dan lain sebagainya.


    Sementara itu, Michael Carlos B. Kleiss, Program Director of Planning, Design and Built Environment (PDBE), Clemson University memberikan penjelasan komprehensif tentang program PDBE yang bertujuan menyiapkan profesional dan kaum akademik dengan kemampuan interdisipliner dalam menghadapi tantangan yang kompleks dan beragam di masa depan.


    “Ada tiga unit program pilihan yang ditawarkan yaitu, School of Architecture, Construction Science and Management, dan City Planning and Real Estate Development. School of Architecture adalah yang terbesar dan tertua,” ungkap Michael.


    Terkait riset, pengembangan lingkungan binaan rupanya juga menjadi fokus di Clemson University. Lebih jauh, riset-riset lain yang dilakukan adalah bidang arsitektur dan kesehatan, restorasi, serta riset bidang desain dan pengembangan masyarakat regional. Hal tersebut diungkapkan oleh Michael dalam webinar yang dipimpin oleh I Made Andi Arsana, Kepala Kantor Kerja Sama Internasional Universitas Gadjah Mada.


    Pembicara berikutnya, Assistant Director of the Urban Planning dari Graduate School of Architecture, Planning and Preservation, Columbia University, Emily Junker, mengungkapkan kelebihan lokasi kampusnya. “Berada di New York menjadi sebuah keuntungan tersendiri bagi Columbia University. Kami juga mempunyai pengajar dari kalangan praktisi. Mereka bekerja di Bloomberg Associates Center for Urban Disaster Risk Reduction and Resilience, The InterAmerican Development Bank, dan lain sebagainya,” sebutnya.


    “Kami juga menawarkan program gelar ganda di mana program Urban Planning menjalin kemitraan dengan Graduate School of Architecture. Sehingga mahasiswa dapat melakukan program gelar ganda dengan arsitektur,” lanjut Emily.


    Dijelaskan pula oleh Emily bahwa anggota fakultasnya bersama dengan para mahasiswa telah melakukan riset dalam bidang yang beragam terkait dengan isu ketimpangan sampai dengan kenaikan permukaan air laut. Isu-isu lain yang emnajdi eprhatian riset mereka juga di antaranya adalah terkait dengan perubahan iklim, migrasi, dan keadilan sosial.


    Kesempatan baik ini dimanfaatkan Ilham Munawar, Mahasiswa Program Ph.D di School of Civil, Environmental, and Architectural Engineering, University of Colorado Boulder untuk membagikan kisah perjalanan beasiswanya, pengalaman studi, serta riset yang saat ini sedang ia kerjakan. “Menurut saya, ada beberapa hal penting yang perlu dipersiapkan dalam proses mencari beasiswa, antara lain, intellectual readiness, finding your niche, doing your homework seperti read, ask, get involved, observe, reflect, write, and debate, serta yang terakhir, building your network,” tutur peraih Research Assistantship dari University of Colorado Boulder ini.


    Ilham, yang mendapat gelar magister dari Georgia Institute of Technology, sedang menyelesaikan risetnya yang berjudul “Reevaluating Disaster Evacuation Policies in Banda Aceh, Indonesia.” Menurut Ilham, keterlibatan aktif pemangku kebijakan serta pemberdayaan pengetahuan dan pilihan masyarakat lokal ke dalam perencanaan jalur dan tujuan evakuasi bencana merupakan hal yang penting.


    Dengan menggunakan metode analisis GIS (Geografic Information System) dan beberapa metode lain, calon doktor kelahiran Aceh itu mencoba meneliti jalur evakuasi apa yang menjadi pilihan masyarakat setempat di Banda Aceh, Indonesia serta membandingkan pilihan tersebut dengan jalur atau rambu evakuasi resmi yang ada. Lebih jauh, ia juga menggali apakah ada perbedaan di antara dua rambu dan jalur tersebut serta apa penyebabnya.


    “Hasil survei sementara menunjukkan bahwa 77 persen masyarakat di daerah paling rawan tsunami tidak mengikuti rambu tsunami yang ada. Alasannya bermacam-macam misalnya, ada yang memang tidak paham dan tidak percaya, ada yang tidak punya cukup informasi terkait sistem evakuasi,” terang Ilham.


    Sementara itu, Nabilla Fisra Hawali, peraih beasiswa (awardee) LPDP yang saat ini tengah menyelesaikan studi Master of Science in Urban Planning di Columbia University memberi gambaran tentang program Graduate School of Architecture, Planning, and Preservation (GSAPP) di kampusnya. Ia juga menerangkan berbagai jenis mata kuliah yang harus ditempuh.


    “Saat ini saya sedang mengambil dua konsentrasi, yaitu International Planning Development dan Urban Analitycs. Saya memperolah banyak kesempatan menguasai keterampilan (skills) baru dalam data analitycs, visualization, dan advanced GIS yang belum pernah saya pelajari saat studi S1 di Indonesia,” ungkap Nabila.


    Dalam presentasinya, alumni ITB ini menjelaskan jika dirinya saat ini tengah mengembangkan riset yang berkaitan dengan Built Environment Disruption. “Bagaimana penghitungan seluruh biaya dari proses riset (cost-benefit) yang dihasilkan dari kerja sama antara kota (pemerintah) dengan pihak swasta (perusahaan teknologi) dalam bentuk implementasi kebijakan (urban tech policy),” terang Nabila.


    “Perencanaan di era disrupsi perlu menjembatani dua kepentingan yaitu planning design and development dan bisnis, teknologi serta inovasi dengan memperhatikan rules of engagement. Peluang titik temu yang bisa menyeimbangkan kepentingan pengembangan inovasi, teknologi, dan bisnis antara lain pengembangan perumahan yang adil, peningkatan kualitas pelayanan dasar serta peningkatan akses transportasi yang inklusif,” terang Nabila.


    Nabila juga membagikan sedikit tips bagi mereka yang ingin lolos beasiswa LPDP yaitu agar memperbanyak riset tentang program studi tujuan, menggali pengalaman profesional dan tujuan yang ingin dicapai serta mengangkat citra diri (profiling diri).


    Selanjutnya, Anastasia Maurina yang saat ini sedang menyelesaikan studi doktoral di School of Architecture, Arts, and Humanities, Clemson University dengan beasiswa Fulbright AMINEF, juga mengisahkan riset yang memanfaatkan tanaman bambu. Bambu, yang banyak tumbuh di Indonesia menginspirasinya untuk mengambil judul presentasi “Modular Deployable Bamboo Structure”. Dosen Universitas Katolik Parahiyangan ini sedikit menceritakan pengalamannya selama belajar di program Planning, Design, and Built Environment (PDBE) di Clemson University.


    “Budaya akademik di sini sangat terbuka dan membangun. Saya merasa sangat diapresiasi di sini. Kurikulum di PDBE juga sangat baik karena sistem perkuliahan dengan durasi dua tahun sangat mempersiapkan langkah-langkah menyusun disertasi. Selain itu, ada juga kesempatan bekerja sama dengan beragam mahasiswa dari bidang berbeda sehingga menjadi keuntungan tersendiri bagi maahsiswa PDBE yang merupakan sebuah bidang multidisiplin,” tutur Anastasia.


    Fokus risetnya saat ini adalah Struktur Bambu Modular (struktur buka tutup) di mana dirinya mengajukan, menguji, dan mengevaluasi struktur ini sebagai salah satu teknologi yang ditujukan untuk masyarakat rentan di negara berkembang. “Bambu merupakan material yang tersedia di Indonesia dan punya nilai keberlanjutan yang tinggi. Menggabungkan bambu dengan teknologi struktur buka tutup dan potensi penggunaannya menjadi menarik untuk diteliti. Apabila ini berhasil, tentunya besar harapan saya teknologi ini agar dapat diterapkan di Indonesia,” tutup Anastasia.*** (Atdikbud Washington D.C./ Lydia Agustina/ Denty A.A/ Seno Hartono).


    Sumber : www.kemdikbud.go.id

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini